Rabu, 13 Februari 2019

PENDERITA SINDROM KLINEFELTER



Scenario 1 BLOK 10 ,BELAJAR SAMBIL BERBAGI


PENDERITA SINDROM KLINEFELTER
Sindrom itu sendiri adalah himpunan gejala atau tanda yang terjadi serentak (muncul bersama-sama) dan menandai ketidaknormalan tertentu; hal-hal (seperti emosi atau tindakan) yang biasanya secara bersama-sama membentuk pola yang dapat diidentifikasi (KBBI online)
Sindrom klinefelter (SK) adalah kelainan bawaan pada pria yang dapat memengaruhi perkembangan fisik serta intelektual dalam bersikap dan berperilaku.
Biasanya, wanita memiliki dua kromosom X (XX). Sementara pria memiliki kromosom X dan Y (XY). Namun dalam kasus yang jarang terjadi, seorang pria bisa diahirkan dengan jumlah kromosom X yang berlebihan. Nah, kelebihan kromosom X pada pria inilah yang menjadi penyebab sindrom klinefelter. Pria dengan kondisi ini mungkin tidak mengalami masa pubertas sebagaimana mestinya. Sebaliknya, pria yang mengidap sindrom ini justru memiliki beberapa karakteristik wanita.
PENYEBAB SK
Kromosom seks tambahan pada SK merupakan akibat nondisfungsi pada proses meiosis (gametogenesis parental), yang dapat berasal dari paternal (50-60% kasus) atau maternal (meiosis maternal I menyebabkan 34,4% kasus, meiosis maternal II menyebabkan 9,3% kasus). Nondisfungsi dapat juga disebabkan kegagalan pembelahan pada saat mitosis dalam zigot (3,2% kasus).
NOTE : Kelebihan kromosom X pada laki-laki terjadi karena terjadinya nondisjungsi meiosis (meiotic nondisjunction) kromosom seks selama terjadi gametogenesis (pembentukan gamet) pada salah satu orang tua. Nondisjungsi meiosis adalah kegagalan sepasang kromosom seks untuk memisah (disjungsi) selama proses meiosis terjadi. Akibatnya, sepasang kromosom tersebut akan diturunkan kepada sel anaknya,sehingga terjadi kelebihan kromosom seks pada anak. Sebesar 40% nondisjungsi meiosis terjadi pada ayah, dan 60% kemungkinan terjadi pada ibu. Sebagian besar penderita sindrom klinefelter memiliki kromosom XXY, namun ada pula yang memiliki kromosom XXXY, XXXXY, XXYY, dan XXXYY.
Kromosom X tambahan tersebut merupakan suatu masa berkromatin, yang disebut sebagai Barr body. Barr body terdapat di dalam inti sel somatik, namun belum diketahui dengan tepat bagaimana kromosom tambahan ini dapat menyebabkan kegagalan testikular.
Pendekatan diagnosis SK atas dasar kombinasi beberapa gejala klinis. Hipogonadisme sebagai karakteristik SK, mempunyai berbagai bentuk kelainan fisis, hormonal, dan perkembangan. Gambaran klinis dapat bervariasi menurut usia. Abramsky dan Chapple melaporkan bahwa hanya 10% kasus SK yang dapat diidentifikasi pre-natal dan 26% kasus didiagnosis pada masa anak atau dewasa, sedangkan sisanya (64%) tidak terdiagnosis. Suatu studi besar di Denmark menyatakan SK banyak yang tidak terdiagnosis, dan kurang dari 10% kasus yang dapat ditegakkan sebelum usia pubertas.
            *(Hipogonadisme adalah suatu kondisi ketika hormon seksual yang dihasilkan oleh kelenjar seksual (pada pria disebut testis dan pada wanita disebut ovarium) berada di bawah jumlah normal)
FAKTOR-FAKTOR SK
Apa yang meningkatkan risiko TERJADI sindrom klinefelter?
Sindrom ini berasal dari peristiwa genetik acak. Risiko seorang anak yang lahir dengan sindrom ini tidak meningkat oleh apa pun yang dilakukan orangtuanya.
Meski faktor pemicunya tidak diketahui secara jelas, namun wanita yang hamil di usia lebih tua, berisiko melahirkan anak dengan kondisi ini.
GEJALA SK
Beberapa pasien dapat mempunyai semua gejala klinis klasik kelainan ini (diurutkan dari yang paling sering timbul) yaitu infertilitas, volume testis kecil, kurangnya rambut-rambut pada wajah dan pubis, ginekomastia, dan ukuran penis yang lebih kecil. Gejala klinis yang paling penting adalah volume testis yang kecil dan teraba keras. Kelainan fisis pada SK sering muncul setelah mulainya pubertas.
            *(Ginekomastia adalah pembesaran jaringan kelenjar payudara yang terjadi pada pria. Pembesaran disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon estrogen dengan testosteron. )
NOTE :  Testis yang kecil diakibatkan oleh sel germinal testis dan sel selitan (interstital cell) gagal berkembang secara normal. Sel selitan adalah sel yang ada di antara sel gonad dan dapat menentukan hormon seks pria.

DIAGNOSIS
Diagnosis SK ditegakkan melalui analisis kariotip kromosom yang dapat dilakukan in utero dengan bahan cairan amnion, yang biasanya dilakukan secara rutin pada wanita yang hamil dalam usia yang lebih tua. Jika diagnosis tidak ditegakkan sejak pre-natal, laki-laki 47, XXY dapat menunjukkan gejala klinis yang berkembang sesuai usia.
Pada masa bayi, pasien akan terdiagnosis setelah analisis kromosom dilakukan pada bayi yang datang dengan keluhan hipospadia, phallus kecil, atau kriptorkidisme.
*(Hipospadia adalah kondisi di mana uretra tidak berada di posisi yang normal. Uretra merupakan sebuah saluran yang menghubungkan kandung kemih dengan ujung penis. Dalam kondisi normal, lubang uretra terletak tepat di ujung penis untuk mengeluarkan urine. Tetapi pada pengidap hipospadia, lubang uretra justru berada di bagian bawah penis.)
*(Kriptorkidisme adalah kegagalan dari satu atau kedua testis untuk turun dari rongga abdomen ke dalam skrotum pada waktu bayi. Hal tersebut dapat ditangani dengan pemberian hormon human chorionic gonadotropin untuk merangsang terstoteron. Jika belum turun juga, dilakukan pembedahan.)
Pada masa anak, pasien datang dengan keluhan keterlambatan perkembangan, terutama keterlambatan berbicara.
Pada usia sekolah, pasien dapat terdeteksi akibat adanya keluhan kesulitan belajar, gangguan tingkah laku atau sosial.
Pada usia remaja, SK akan terdeteksi setelah dilakukan evaluasi endokrin pada keadaan pubertas terlambat atau tidak sempurna dengan bentuk tubuh eunukoid, ginekomastia, dan ukuran testis yang kecil.
Pasien yang telah dewasa biasanya datang dengan keluhan infertilitas atau keganasan payudara. Pasien SK dapat mengalami perkembangan seksual yang normal sebelum pubertas dan memasuki pubertas sesuai waktu dengan fungsi hipofisis-gonadal yang normal. Hal ini dimungkinkan karena pada saat mengalami spermarke (“mimpi basah”), fungsi testikular pasien SK masih relatif normal. Degenerasi testis akan terjadi dengan cepat pada saat pubertas hingga tercapai hialinisasi lengkap tubulus seminiferus, degenerasi sel Sertoli, dan hiperplasia sel Leydig pada saat dewasa.
Testis dapat teraba lebih keras karena terjadi fibrosis tubulus seminiferus. Gambaran klinis berupa volume testis yang lebih kecil dan teraba lebih keras ini hampir selalu ada pada SK. Pada saat pubertas karakteristik skeletal mulai terlihat, oleh sebab itu, perhatian khusus pada pemeriksaan bentuk tubuh (body habitus) sangat diperlukan dalam penegakkan diagnosis. Pasien biasanya terlihat lebih tinggi dari rata-rata akibat ukuran tungkai bawah yang lebih panjang dan disertai rentang lengan lebih panjang 2 cm atau lebih dari tinggi badan. Bentuk tubuh seperti ini disebut eunukoid. Peningkatan ukuran segmen bawah tubuh (jarak simfisis pubis ke tumit) timbul sebelum pubertas dan bukan disebabkan secara primer akibat penutupan epifisis yang terlambat karena defisiensi androgen, tetapi karena perbedaan kecepatan tumbuh secara fundamental yang timbul akibat adanya kromosom X tambahan. Akibatnya tinggi badan pasien SK sering melebihi tinggi potensial genetiknya.
Fungsi endokrin testikular yang sudah menurun sejak janin, fungsi hipofisis-gonadal pasca-natal pasien SK dapat normal hingga pubertas. Baru setelah usia 12-14 tahun, terjadi peningkatan kadar FSH dan LH. Kadar testosteron pada saat itu dapat berada pada nilai batas bawah sampai di bawah normal. Pemantauan kadar testosteron berkala setiap 3-6 bulan diperlukan untuk memulai substitusi testosteron bila telah terjadi hipogonadisme. Beberapa laporan pengamatan jangka panjang menyatakan bahwa pasien SK lebih sering mengalami kesulitan akademis. Kepribadian pasien SK juga sangat bervariasi. Suatu studi menggambarkan lakilaki 47, XXY pasif, tidak matang, tertutup, sensitif, pendiam, dan sulit bergaul dengan teman sebaya.
TERAPI SK
NOTE PENCEGAHAN : Gejala klinefelter pada janin jarang sekali terdeteksi, kecuali bila menggunakan deteksi sebelum-kelahiran (prenatal detection). Sindrom ini kadang-kadang dapat diturunkan dari ayah penderita klinefelter ke anaknya, oleh karena itu perlu dilakukan deteksi sebelum-kelahiran. Sebagian kecil penderita klinefelter dapat tetap fertil dan memiliki keturunan karena adanya mosaiksisme(mosaicism), yaitu adanya campuran sel normal dan sel klinelfelter sehingga sel normal tetap memiliki kemampuan untuk berkembang biak. Semakin cepat dideteksi, penderita klinefelter dapat lebih cepat ditangani dengan terapi farmakologi dan terapi psikologi sebelum memasuki dunia sekolah. Tindakan pencegahan lain yang harus dilakukan adalah uji kemampuan mendengar dan melihat, dan terapi fisik untuk mengatasi masalah motorik dan keterlambatan bicara. Terapi hormon testosteron pada usia 11-12 tahun merupakan salah satu tindakan pencegahan keterbelakangan perkembangan karakteristik seksual sekunder pada pria penderita klinefelter.
Belum diketahui apakah terapi sulih hormon (hormonal replacement therapy) yaitu androgen, secara lebih dini yaitu pada onset pubertas dapat memperbaiki hipogonadisme pada pasien SK. Jika diberikan, maka terapi sulih androgen berlangsung seumur hidup. Terapi sulih testosteron tidak memperbaiki keadaan infertilitas, ginekomastia, dan ukuran testis yang kecil, namun dapat mengatasi defisiensi androgen. Akan nampak peningkatan rambut-rambut di wajah dan pubis, distribusi lemak tubuh menjadi lebih maskulin, pemikiran yang lebih terarah, meningkatkan rasa percaya diri, mengurangi kelemahan tubuh dan iritabilitas, serta akan meningkatkan libido, dan kekuatan tulang setelah mendapat terapi sulih testosteron.
Testosteron juga mempunyai efek jangka panjang untuk mengurangi risiko osteoporosis, penyakit autoimun, dan keganasan payudara. Beberapa komplikasi yang sering terjadi pada pasien SK adalah gangguan endokrin (diabetes mellitus, hipotiroid, dan hipoparatiroid), keganasan (karsinoma payudara, limfoma non-Hodgkin), penyakit autoimun (lupus eritematosus sistemik, sindrom Sjögren, dan artritis reumatoid), gangguan intelektual dan psikiatri (keterlambatan bicara dan berbahasa, berkurangnya daya ingat, ansietas, neurosis, psikosis dan depresi), dan tromboemboli (varises vena, trombosis vena dalam, dan emboli paru akibat stasis vena).
PENGOBATAN : Beberapa pengobatan paling umum untuk sindrom klinefelter adalah melakukan terapi hormon untuk membantu pembentukan karakteristik seksual sekunder laki-laki. Testosteron, diberikan sebagai suntikan atau patch pada kulit, menyebabkan perkembangan otot laki-laki normal dan merangsang pertumbuhan rambut (jenggot, ketiak, dan rambut kelamin).
Ginekomastia dapat diobati dengan pembedahan (pengangkatan payudara). Benjolan di payudara harus diperiksa untuk memeriksa adanya kanker payudara.
Osteoporosis dapat diobati dengan pemberian testosteron ditambah dengan cukup kalsium dan vitamin D serta latihan beban biasa.
 SUMBER:
Tambahan bonus :
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/e0/Major_events_in_mitosis.svg/400px-Major_events_in_mitosis.svg.png
Siklus sel
Siklus sel adalah fungsi sel yang paling mendasar berupa duplikasi akurat sejumlah besar DNA di dalam kromosom, dan kemudian memisahkan hasil duplikasi tersebut hingga terjadi dua sel baru yang identik.[1]
Siklus sel yang berlangsung kontinu dan berulang (siklik), disebut proliferasi. Keberhasilan sebuah proliferasi membutuhkan transisi unidireksional dan teratur dari satu fase siklus sel menuju fase berikutnya. Jenjang reaksi kimia organik yang terjadi seyogyanya diselesaikan sebelum jenjang berikutnya dimulai. Sebagai contoh, dimulainya fase mitosis sebelum selesainya tahap replikasi DNA akan menyebabkan sel tereliminasi.
Jenjang reaksi yang terjadi pada siklus sel, sangat mirip dengan relasi substrat-produk dari sebuah lintasan metabolik. Produk dari sebuah jenjang reaksi akan berfungsi sebagai substrat pada jenjang berikutnya, demikian pula dengan laju reaksi jenjang yang pertama akan menjadi batas maksimal laju reaksi pada jenjang berikutnya.
Transisi antara jenjang reaksi ditentukan oleh lintasan pengendali ekstrinsik dan intrinsik yang terdiri dari beberapa cekpoin, sebagai konfirmasi selesainya reaksi pada suatu jenjang sebelum jenjang berikutnya dimulai. Kedua lintasan kendali dapat memiliki cekpoin yang sama.
Lintasan kendali instrinsik akan menentukan setiap tahap berjalan sebagaimana mestinya. Fasa S, G2 dan M pada sel mamaliadikendalikan oleh lintasan ini, sehingga waktu yang diperlukan untuk fase tersebut, tidak jauh bervariasi antara satu sel dengan sel lain.
Lintasan kendali ekstrinsik akan berfungsi sebagai respon terhadap kondisi di luar sel atau telisik defisiensi sel.
Defisiensi lintasan kendali intrinsik seringkali menyebabkan kanker. Penyimpangan pada protein yang mengendalikan cekpoin siklus fase sering ditemukan pada penderita kanker.

BY : RANAH MEWARNAI
"sebaik-baiknya manusia adalah yang paling banyak manfaatnya untuk orang lain" 

file dalam bentuk pdf bisa di akses melalui : https://ranahmewarnai.blogspot.com/2019/02/bahas-tuntas-penderita-sindrom.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar