By: ranah mewarnai (mahasiswi farmasi Yogyakarta )
Penetapan kadar amfetamin dengan mengunakan GC
Scenario 3
S, seorang apoteker yang bekerja di laboratorium forensik dan toksikologi kepolisian, menerima sampel tablet dari lokasi penggrebekan di sebuah night club di kabupaten Sleman. Diduga tablet tersebut adalah psikotropika jenis amfetamin atau turunannya.untuk melengkapi berita acara kepolisian, dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap tablet tersebut.
Tahap 1 (mengklarifikasi istilah atau konsep)
Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi elemen, spesies dan atau senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel. Dengan kata lain, analisis kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu analit yang dituju dalam suatu sampel.
Analisis kuantitatif adalah analisis untuk menentukkan jumlah (kadar) absolute atau relatif dari suatu elemen atau spesies yang ada di dalam sampel.(gholib gandjar,ibnu dan rohman,abdul.2018)
Tahap 2 (menetapkan permasalahan )
1. Jenis obat apa saja yang dilarang untuk di konsumsi menurut undang-undamg kesehatan ?
2. Apa perbedaan dari karakteristik amfetamin dan turunannya ?
3. Metode apa saja yang dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif?
4. Metode apa yang tepat digunakan untuk analisis sampel yang mengandung amfetamin?
Tahap 3 (brainstorming)
Pada tahap ini mahasiswa menampilkan pengetahuaan yang sudah dimiliki oleh tiap anggota kelompok dari hasil belajar mandiri sebelum di mulai tutorial ini dengan menutup semua bahan pemelajaran dengan itu kita mengetahui persiapan mahasiswa dan melatih kepercayaan diri mereka dengan menjelaskan pada kelompoknya
Tahap 4 (menganalisis masalah)
1. Jenis obat apa saja yang dilarang untuk di konsumsi menurut undang-undamg kesehatan ?
Narkotika, menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (“UU 35/2009”), adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Narkotika digolongkan menjadi 3 golongan :
Golongan I
- Hanya digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan
- Tidak digunakan dalam terapi
- Potensi ketergantungan sangat tinggi
- Contoh : Heroin (putauw), kokain, ganja
Golongan II
- Untuk pengobatan pilihan terakhir
- Untuk pengembangan ilmu pengetahuan
- Potensi ketergantungan sangat tinggi
- Contoh : fentanil, petidin, morfin
Golongan III
- Digunakan dalam terapi
- Potensi ketergantungan ringan
- Contoh : kodein, difenoksilat
Sedangkan, menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (“UU 5/1997”), pengertian psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Psikotropika digolongkan menjadi 4 golongan :
Golongan I
- Hanya untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
- Tidak digunakan dalam terapi
- Potensi sindrom ketergantungan amat kuat
- Contoh : LSD, MDMA/ekstasi
Golongan II
- Untuk pengobatan
- Untuk pengembangan ilmu pengetahuan
- Potensi sindrom ketergantungan kuat
- Contoh : metamfetamin (shabu), sekobarbital
Golongan III
- Untuk pengobatan atau terapi
- Untuk pengembangan ilmu pengetahuan
- Potensi sindrom ketergantungan sedang
- Contoh : amobarbital, pentazosine
Golongan IV
- Untuk pengobatan atau terapi
- Untuk pengembangan ilmu pengetahuan
- Potensi sindrom ketergantungan ringan
- Contoh : diazepam, halozepam, triazolam, klordiazepoksida
2. Apa saja turunanan dari amfetamin dan karakteristik amfetamin?
Amfetamin merupakan golongan stimulan (Kemenkes, 2010). Golongan stimulan adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Amfetamin terbagi menjadi dua jenis, yaitu MDMA (Methylene dioxy methamphetamin) dan amfetamin. Amfetamin memiliki lama kerja lebih panjang dibanding MDMA, dan memiliki efek halusinasi yang lebih kuat (Kemenkes, 2010).
Shabu atau amfetamin merupakan kelompok narkotika yang merupakan stimulan sistem saraf dengan nama kini methamphetamine hidrochloride, yaitu turunan dari stimulan saraf amfetamin (Japardi, 2002). Shabu berbentuk kristal putih mirip vetsin (mitra bintibmas, 2010).
Rumus kimia amfetamin adalah (S)-Nmethyl-l-phenylpropan-2-amine (C10H15N) (Japardi, 2002). Shabu termasuk jenis stimulan, yang bekerja merangsang sistem saraf pusat otak (mitra bintibmas, 2010)
Amfetamin dapat berupa bubuk putih, kuning, maupun coklat, atau bubuk putih kristal kecil. Senyawa ini memiliki nama kimia α–methylphenethylamine merupakan suatu senyawa yang telah digunakan secara terapetik untuk mengatasi obesitas, attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD), dan narkolepsi
obat-obat yang termasuk ke dalam golongan amfetamin adalah:
1. Amfetamin
2. Metamfetamin
3. Metilendioksimetamfetamin (MDMA, ecstasy atau Adam)
3. Metode apa saja yang dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif ?
Teknik analisis
|
Sifat yang diukur
|
Penggunaan yang utama
|
Gravimetri
|
Berat senyawa murni atau senyawa yang telah diketahui stoikiometrinya
|
Analisis kuantitatif komponen-komponen mayor dan minor
|
titrimetri
|
Volume larutan baku yang bereaksi dengan analit
|
Analisis kuantitatif komponen-komponen mayor dan minor
|
Spektrometri molekuler dan atom
|
Panjang gelombang dan interaksi radiasi elektromagnetik yang diemisikan atau diserap oleh analit
|
Analisis kuantitatif komponen-komponen minor sampai sekelumit; untuk informasi struktrur kimia
|
Spektrometri massa
|
Berat analit atau fragmen-fragmennya
|
Analisis kualitatif komponen-komponen minor sampai sekelumit; untuk informasi struktur kimia
|
Kromatografi dan elektroforesis
|
Berbagai macam sifat fisika kimia analit yang terpisah
|
Analisis kualitatif dan kuantitatif dari level mayor sampai sekelumit
|
Analisis termal
|
Perubahan fisika atau kimia dalam suatu analit ketika dipanaskan atau didinginkan
|
Karakteristik komponen-komponen mayor atau minor dalam bentuk tunggal atau campuran
|
elektrokimia
|
Sifat-sifat elektris analit dalam larutan
|
Analisis kualitatif dan kuantitatif dari level mayor sampai sekelumit
|
1. 4. Metode apa yang tepat digunakan untuk analisis sampel yang mengandung amfetamin?
Teknik kromatografi dapat digunakan sebagai alat untuk pemisahan komponen-komponen dalam suatu campuran, yang secara stimultan dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif.suatu pengembangan teknik kromatografi dengan spektrometri memberikan suatu cara yang sangat baik untuk pemisahan dan identifikasi senyawa yang belum diketahui seperti kromatografi gas yang digabung dengan spektrometri massa atau dikenal dengan GC-MS (gas chromatography-mass spectrometer.
Tahap 5 (menetapkan tujuan masalah)
Bagaimana cara melakukan analisis sampel yang diduga mengandung amfetamin dan turunannya menggunakan metode analisis kromatografi gas?
Tahap 6 (mengumpulkan informasi tambahan )
Pada tahap ini mahasiwa mencari dan memahami cara menganalisis kadar amfetamin menggunakan metode kromatografi gas.
Tahap 7 (melaporkan)
Metode Pemeriksaan Amfetamin
ü Uji penapisan screening test
Uji penapisan untuk menapis dan mengenali golongan senyawa (analit) dalam sampel. Analit digolongkan berdasarkan baik sifat fisikokimia, sifat kimia maupun efek farmakologi yang ditimbulkan. Obat narkotika dan psikotropika secara umum dalam uji penapisan dikelompokkan menjadi golongan opiat, kokain, kanabinoid, turunan amfetamin, turunan benzodiazepin, golongan senyawa anti dipresan tri-siklik, turunan asam barbiturat, turunan metadon. Pengelompokan ini berdasarkan struktur inti molekulnya. Sebagai contoh, disini diambil senyawa golongan opiat, dimana senyawa ini memiliki struktur dasar morfin, beberapa senyawa yang memiliki struktur dasar morfin seperti, heroin, monoasetil morfin, morfin, morfin-3-glukuronida, morfin-6-glukuronida, asetilkodein, kodein, kodein-6-glukuronida, dihidrokodein serta metabolitnya, serta senyawa turunan opiat lainnya yang mempunyai inti morfin.
Uji penapisan seharusnya dapat mengidentifikasi golongan analit dengan derajat reabilitas dan sensitifitas yang tinggi, relatif murah dan pelaksanaannya relatif cepat. Terdapat teknik uji penapisan yaitu: a) Thin Layer Chromatography (TLC) / kromatografi lapis tipis (KLT) yang dikombinasikan dengan reaksi warna, b) teknik immunoassay. Teknik immunoassay umumnya memiliki sifat reabilitas dan sensitifitas yang tinggi, serta dalam pengerjaannya memerlukan waktu yang relatif singkat, namun teknik ini menjadi relatif tidak murah.
ü Teknik Immunoassay
Teknik immunoassay adalah teknik yang sangat umum digunakan dalam analisis obat terlarang dalam materi biologi. Teknik ini menggunakan anti-drug antibody untuk mengidentifikasi obat dan metabolitnya di dalam sampel (materi biologik). Jika di dalam matrik terdapat obat dan metabolitnya (antigentarget) maka dia akan berikatan dengan antidrug antibody, namun jika tidak ada antigentarget maka anti-drug antibody akan berikatan dengan antigen-penanda. Terdapat berbagai metode atau teknik untuk mendeteksi beberapa ikatan antigen-antibodi ini, seperti enzyme linked immunoassay (ELISA), enzyme multiplied immunoassay technique (EMIT), fluorescence polarization immunoassay (FPIA), cloned enzyme-donor immunoassay (CEDIA), dan radio immunoassay (RIA).
Pemilihan teknik ini sangat tergantung pada beban kerja (jumlah sampel per-hari) yang ditangani oleh laboratorium toksikologi. Misal dipasaran teknik ELISA atau EMIT terdapat dalam bentuk single test maupun multi test. Untuk laboratorium toksikologi dengan beban kerja yang kecil pemilihan teknik single test immunoassay akan lebih tepat ketimbang teknik multi test, namun biaya analisa akan menjadi lebih mahal. Hasil dari immunoassay test ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan, bukan untuk menarik kesimpulan, karena kemungkinan antibodi yang digunakan dapat bereaksi dengan berbagai senyawa yang memiliki baik bentuk struktur molekul maupun bangun yang hampir sama. Reaksi silang ini tentunya memberikan hasil positif palsu. Obat batuk yang mengandung pseudoefedrin akan memberi reaksi positif palsu terhadap test immunoassay dari anti bodi- metamfetamin. Oleh sebab itu hasil reaksi immunoassay (screening test) harus dilakukan uji pemastian (confirmatori test).
ü Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
KLT adalah metode analitik yang relatif murah dan mudah pengerjaannya, namun KLT kurang sensitif. Untuk meningkatkan sensitifitas KLT sangat disarankan dalam analisis toksikologi forensik, uji penapisan dengan KLT dilakukan paling sedikit lebih dari satu sistem pengembang dengan penampak noda yang berbeda. Dengan menggunakan spektrofotodensitometri analit yang telah terpisah dengan KLT dapat dideteksi spektrumnya (ultraviolet atau fluoresensi). Kombinasi ini tentunya akan meningkatkan derajat sensitifitas dan spesifisitas dari uji penapisan dengan metode KLT. Secara simultan kombinasi ini dapat digunakan untuk uji pemastian.
ü Uji pemastian confirmatory test
Uji ini bertujuan untuk memastikan identitas analit dan menetapkan kadarnya. Konfirmatori test paling sedikit sesensitif dengan uji penapisan, namun harus lebih spesifik. Umumnya uji pemastian menggunakan teknik kromatografi yang dikombinasi dengan teknik detektor lainnya, seperti: kromatografi gas-spektrofotometri massa (GC-MS), kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC) dengan diode-array detektor, kromatografi cair spektrofotometri massa (LC-MS), KLT-Spektrofotodensitometri, dan teknik lainnya. Meningkatnya derajat spesifisitas pada uji ini akan sangat memungkinkan mengenali identitas analit, sehingga dapat menentukan secara spesifik toksikan yang ada.
ü Uji konfirmasi kromatografi gas spektrometri massa (GC-MS)
Prinsip dasar uji konfirmasi dengan menggunakan teknik GC-MS adalah analit dipisahkan menggunakan gas kromatografi kemudian selanjutnya dipastikan identitasnya menggunakan teknik spektrfotometri massa. Sebelumnya analit diisolasi dari matrik biologik, kemudian jika perlu diderivatisasi. Isolat akan dilewatkan ke kolom GC, dengan perbedaan sifat fisikokima toksikan dan metabolitnya, maka dengan GC akan terjadi pemisahan toksikan dari senyawa segolongannya atau metabolitnya. Pada prisipnya pemisahan menggunakan GC, indeks retensi dari analit yang terpisah adalah sangat spesifik untuk senyawa tersebut, namun hal ini belum cukup untuk tujuan analisis toksikologi forensik. Analit yang terpisah akan memasuki spektrofotometri massa, di sini bergantung dari metode fragmentasi pada MS, analit akan terfragmentasi menghasilkan pola spektrum massa yang sangat karakteristik untuk setiap senyawa. Pola fragmentasi (spetrum massa) ini merupakan karakteristik molekular dari suatu senyawa. Dengan memadukan data indeks retensi dan spektrum massanya, maka identitas dari analit dapat dikenali dan dipastikan. (Anonim, 2012)
Dari metode kromatografi dapat digunakan untuk analisis kualitatif untuk mengetahui sampel yang di duga mengandung amfetamin dengan menggunakan perbandingan hasil kromatogram larutan standart dan kromatogram sampel melalui waktu retention yang muncul.
Daftar pustaka
Gholib gandjar, ibnu dan rohman, abdul.2018.kimia farmasi analisis. Yogyakarta.pustaka pelajar.
http://www.academia.edu/9433085/SKIRINING_KANDUNGAN_AMPHETAMIN_DALAM_URIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar